MAKALAH
STRATEGI SEKOLAH DALAM MENGANTISIPASI PERUBAHAN
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah:
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Dosen
Pembimbing:
ZAENAL FANANI M.Pd.I
Penyusun:
Istiqomatul Abidah
NIM: 20122010127
Fiyatul Khasanal
Urifatul
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ ( STAI NU ) MALANG
PROGRAM: S-1
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM, S-1 EKONOMI SYARI’AH
Office: Jl. Raya kepuharjo 18 A Malang Telp:
(0341) 465030 – 7306833 Kode Pos 65152
Website:www.tpnu.online.com
Email:stainu.malang@yahoo.com
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas
rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Strategi
Sekolah Dalam Mengantisipasi Perubahan” dengan tepat waktu.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dalam
mata kuliah Sosiologi Pendidikan. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa
masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :
- Bapak Dr.Ir.H.Masyhuri Mahfudz, MP selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Hahdlatul Ulama’ Malang serta segenap jajarannya yang telah memberikan kemudahan-kemudahan baik berupa moril maupun materiil selama penyusunan makalah ini.
- Bapak Zaenal Fanani M.Pd.I, selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Sosiologi Pendidikan yang telah memberi pengarahan kepada penyusun dalam penyeleseaian makalah ini.
- Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini
- Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan
yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Malang, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
.............................................................................................................
i
Kata Pengantar
............................................................................................................ ii
Daftar Isi
.................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang Masalah
....................................................................................
4
1.2
Rumusan
Masalah ..............................................................................................
4
1.3
Tujuan
Penulisan
................................................................................................
5
1.4
Meode
Penulisan ................................................................................................
5
Bab II Pembahsan
2.1 Penyebab Perubahan ............ ………………………………………………......
6
2.3 Tahap – Tahap Perubahan ....................................................................................
8
2.4 Problem Pelaksanaan Perubahan dan Cara
Mengatasinya..........................
12
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
........................................................................................................
17
3.2
Saran .................................................................................................................
17
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semua organisasi merupakan
bagian dari sistem sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat
itu sendiri memiliki sifat dinamis, selalu mengalami perubahan dan
perkembangan. Karakteristik masyarakat seperti itu menuntut organisasi untuk
juga memiliki sifat dinamis. Tanpa dinamika yang sejalan dengan dinamika
masyarakat, organisasi tidak akan survive
apalagi berkembang. Ini berarti bahwa perubahan dalam suatu organisasi
merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Secara terus menerus organisasi
harus menyesuaikan diri dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di lingkungannya.
Proses penyesuaian dengan lingkungan merupakan salah satu permasalahan besar yang
dihadapi organisasi modern. Kecuali
perubahan yang bertujuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan,
organisasi kadang-kadang menganggap perlu secara sengaja melakukan perubahan
guna meningkatkan keefektifan pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Karena
sifat dan tujuan setiap organisasi berbeda satu sama lain maka frekuensi dan
kadar perubahan yang terjadinya pun tidak selalu sama. Organisasi-organisasi
tertentu lebih sering mengalami perubahan, sementara organisasi lain relatif
jarang melakukannya.
Menghadapi kondisi lingkungan yang selalu berubah tersebut, tidak ada cara lain
yang lebih bijaksana bagi seorang pimpinan kecuali dengan memahami hakekat
perubahan itu sendiri danmenyiapkan strategi yang tepat untuk menghadapinya.
Sekolah (sebagai bagian dari organisasi sosial) tidak luput dari kondisi
sebagaimana dikemukakan di atas, yang berarti jika sekolah ingin survive apalagi berkembang dituntut
untuk tanggap terhadap berbagai perubahan yang terjadi dan mampu merespon
dengan benar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi penyebab
perubahan sekolah ?
2. Bagaimana tahap-tahap perubahan
itu terjadi ?
3. Apa saja problem (masalah) pelaksanaan
perubahan dan cara mengatasinya ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui penyebab
perubahan yang terjadi di sekolah.
2. Untuk mengetahui
tahap-tahap perubahan yang terjadi di sekoalah.
3. Untuk mengetahui masalah
tau pelaksanaan perubahan dan cara mengatasinya.
1.4 Metode Penulisan
Penulis dalam membuat makalah ini menggunakan metode yang lazim
digunakan oleh para mahasiswa, yaitu metode perpustakaan. Kami cukup mengambil
dari literatur dan referensi yang berkaitan dengan topik makalah dari penulis.
Cara ini selain mempermudah juga bisa menghemat waktu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Perubahan
Secara
garis besar faktor penyebab terjadinya perubahan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu: faktor eksternal dan
internal.
Faktor eksternal ialah penyebab
perubahan yang berasal dari luar sekolah atau sering disebut lingkungan. Sekolah
sebagai organisasi modern menganut asas sistem terbuka. Konsekuensinya, sekolah
harus responsif terhadap berbagai perubahan yang terjadi di lingkungannya. Dalam
kenyataannya, banyak sekali penyebab perubahan yang termasuk faktor eksternal,
antara lain: teknologi, pemerintah, tuntutan pasar, dan arus
globalisasi.
Perkembangan
dan kemajuan teknologi merupakan penyebab penting dilakukannya perubahan pada
hampir semua jenis organisasi, termasuk sekolah. Berbagai temuan teknologi memaksa
sekolah untuk menerapkannya, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam
mendukung proses administrasi. Penerapan temuan teknologi tersebut menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, misalnya
prosedur kerja yang dilakukan, jumlah, kompetensi, dan kualifikasi SDM yang
diperlukan, sistem penggajian yang
diberlakukan, dan bahkan kadang-kadang struktur organisasi yang digunakan. Penggunaan
peralatan baru bisa juga menyebabkan berkurangnya bagian-bagian yang ada atau berubahnya
pola hubungan kerja antara karyawan.
Sekolah juga
terselenggara di tengah-tengah masyarakat yang menganut sistem pemerintahan
tertentu. Konsekuensinya, sekolah harus tunduk kepada berbagai peraturan
pemerintah yang berlaku. Jika suatu saat pemerintah memberlakukan aturan baru
maka sekolah harus melaksanakannya dengan kemungkinan melakukan perubahan internal
sesuai dengan isi peraturan baru tersebut. Peraturan itu dapat saja menyangkut input,
mekanisme kerja, persyaratan kualifikasi dan kompetensi SDM, maupun kompetensi lulusan yang dihasilkan. Peraturan
apapun yang pada akhirnya diberlakukan di sekolah, harus dilaksanakan dengan
cara dan strategi yang paling efisien.
Sebagaimana
organisasi yang lain, sekolah juga merupakan lembaga pelayanan masyarakat yang
keberadaannya dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu produk (dalam hal ini lulusan) yang
dihasilkan harus senantiasa menyesuaikan dengan tuntutan pelanggan atau pasar.
Pada kenyataannya tuntutan pasar terkait dengan jumlah maupun kompetensi
lulusan senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Menghadapi kondisi
seperti itu mau tidak mau sekolah harus mengakomodasi jika ingin lulusannya
diterima pasar.
Akhir-akhir ini tuntutan
untuk mengikuti arus globalisasi tidak mungkin dibendung lagi. Sekolah sebagai
lembaga yang menyiapkan SDM yang nantinya akan terjun ke pasar global sudah
tentu harus tanggap terhadap tuntutan
itu. Itulah sebabnya berbagai strategi dan kebijakan yang dianggap sesuai,
ditempuh oleh sekolah seperti penerapan, total
quality management, peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru, dan sejenisnya.
Penerapan berbagai kebijakan seperti itu akan mengubah secara signifikan
kondisi internal sekolah, khususnya menyangkut mekanisme kerja organisasi.
2. Faktor Internal
Faktor
internal adalah penyebab dilakukannya perubahan yang berasal dari dalam sekolah
yang bersangkutan, antara lain:
1)
Persoalan
hubungan antar komponen sekolah.
2)
Persoalan
terkait dengan mekanisme kerja.
3)
Persoalan
keuangan.
Hubungan
antar komponen sekolah yang kurang harmonis merupakan salah satu problem yang
lazim terjadi. Problem ini dapat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu (1) problem
yang menyangkut hubungan atasan-bawahan (bersifat vertikal), dan (2) problem
yang menyangkut hubungan sesama anggota yang kedudukannya setingkat (bersifat
horizontal). Problem atasan-bawahan yang sering timbul menyangkut pengambilan
keputusan dan komunikasi. Problem-problem yang bersumber dari keputusan
pimpinan, dapat menyebabkan munculnya berbagai perilaku negatif pada bawahan yang
kurang menguntungkan organisasi, misalnya sering terlambat datang, sering
absen, mangkir, dan sejenisnya. Sampai pada titik tertentu, problem semacam itu
dapat menyebabkan munculnya unjuk rasa sehingga memaksa pimpinan untuk
mengambil tindakan yaitu mengubah keputusan yang diambil atau justru menindak bawahan yang berunjuk rasa. Komunikasi antara
atasan dan bawahan juga sering menimbulkan problem. Keputusannya sendiri
mungkin baik (dalam arti dapat diterima oleh bawahan) tetapi karena terjadi
salah informasi (miscommunication), bawahan
menolak keputusan pimpinan. Dalam kasus seperti itu perubahan yang dilakukan
akan menyangkut sistem saluran komunikasi yang digunakan.
Problem yang sering timbul
berkaitan dengan hubungan sesama anggota (warga sekolah) pada umumnya
menyangkut masalah komunikasi (kurang lancar atau macetnya komunikasi antar
warga), dan juga menyangkut masalah kepentingan masing-masing warga. Persoalan
seperti itu sering menimbulkan konflik antar warga sehingga perlu dilakukan
perubahan, misalnya dalam hal jalur komunikasi atau bahkan struktur organisasi yang
digunakan.
Di samping
berbagai persoalan di atas, mekanisme kerja yang berlangsung dalam sebuah
sekolah kadang-kadang juga merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Problem
yang timbul dapat menyangkut masalah sistemnya sendiri dan dapat pula terkait
dengan perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Pola kerjasama yang terlalu
birokratis atau sebaliknya terlalu bebas misalnya, dapat menyebabkan suatu
organisasi menjadi tidak efisien. Sistem yang terlalu kaku menyebabkan hubungan
antar anggota menjadi impersonal yang
mangakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya menurunkan produktivitas
kerja. Demikian juga halnya jika sistem yang digunakan terlalu bebas. Perubahan
yang harus dilakukan dalam hal ini akan menyangkut struktur organisasi yang
digunakan. Dengan mengubah
struktur, pola hubungan antar anggota akan mengalami perubahan.
Pengoperasian
sebuah lembaga pendidikan sudah barang tentu memerlukan uang. Kesulitan keuangan
yang dialami sekolah kadang-kadang juga memaksa untuk dilakukannya perubahan,
misalnya penciutan daerah operasi, rasionalisasi, perubahan struktur
organisasi, dan sebagainya.
2.2 Tahap Perubahan
Setiap perubahan memiliki tujuan tertentu yang dapat berupa upaya
penyesuaian terhadap perubahan lingkungan (misalnya selera konsumen berubah,
adanya peraturan baru yang diberlakukan pemerintah, kemajuan teknologi, dan
lain-lain) dan upaya peningkatan efisiensi organisasi dalam rangka mencapai
kondisi yang lebih baik. Apa pun jenis
tujuan yang hendak dicapai, setiap perubahan harus disiapkan dengan baik
mengikuti langkah-langkah tertentu. Secara sederhana, tahapan (langkah-langkah)
yang harus ditempuh dalam mengadakan perubahan sekolah adalah sebagai berikut:
a. Menyadarkan seluruh warga sekolah bahwa
perubahan tertentu perlu dilakukan (unfreezing).
b.
Melaksanakan perubahan/menerapkan
sesuatu yang baru(changing).
c. Menstabilkan situasi setelah perubahan
dilaksanakan (refreezing).
Tahap pertama ialah
menumbuhkan kesadaran akan pentingnya perubahan. Tahapan ini berkenaan dengan faktor
manusianya, dalam hal ini seluruh warga sekolah. Manusia memegang posisi kunci dalam proses perubahan.
Mereka dapat merupakan kunci keberhasilan tetapi sebaliknya dapat juga
merupakan faktor penyebab gagalnya perubahan yang dilakukan. Oleh karena itu
faktor manusianya harus terlebih dahulu disiapkan dengan baik sebelum perubahan
dilaksanakan.\
Setelah anggota menyadari arti
pentingnya perubahan yang hendak dilakukan, barulah perubahan yang sesungguhnya
dilaksanakan. Konsekuensi dari perubahan tersebut bisa sangat beragam, mulai
dari yang sederhana sampai yang kompleks. Saat-saat perubahan berlangsung,
sekolah berada dalam kondisi kritis dan sering terjadi kekacauan (chaos) karena aturan yang lama sudah
ditinggalkan/tidak berlaku lagi tetapi aturan yang baru belum berjalan dengan
sempurna. Kondisi seperti itu wajar karena memang sedang dalam masa
transisi.Penerapan sesuatu yang baru dapat saja diikuti dengan perubahan sikap
dan tingkah laku warga sekolah.
Tahapan berikutnya ialah
mengembalikan sekolah kepada situasi yang normal kembali. Setelah perubahan
dilaksanakan, berbagai aturan baru diberlakukan secara penuh, demikian juga
para anggota diharapkan bersikap dan bertingkah laku sesuai kondisi organisasi
yang baru. Jika pada tahapan pertama kondisi yang sudah stabil sengaja ’dibuka’
sehingga siap menerima perubahan, maka pada tahapan yang terakhir ini kondisi
yang berubah tadi ’ditutup’, agar stabil kembali.
Secara lebih rinci, Wallace
dan Szilagyi (1982: 386) mengemukakan bahwa proses perubahan organisasi yang
direncanakan (planned change) mencakup
enam tahapan, yaitu:
a. Dirasakannya kebutuhan untuk melakukan
perubahan
b. Pengenalan bidang permasalahan
c. Identifikasi hambatan
d. Pemilihan strategi perubahan
e. Pelaksanaan
f.
Evaluasi
Urutan proses perubahan yang
mencakup tahapan-tahapan tersebut ditunjukkan pada gambar 1.
Dirasakan kebutuhan utk melakukan perubahan: Faktor intern dan ekstern
(1)
|
Identifikasi hambatan:
Resistensi terhadap perubahan
(3)
|
Evaluasi:
Model, metode, pendekatan
(6)
|
Pelaksanaan:
Waktu, tempat, kedalaman
(5)
|
Pemilihan strategi
perubahan: Struktur, teknologi, tugas, atau orang (4)
|
Pengenalan bidang
permaslahan:
Diagnosis dan tujuan
(2)
|
Gambar 1. Proses Pelaksanaan
Perubahan yang Direncanakan
Sumber: Wallace, J.M. &
A.D. Szilagy (1982: 387)
Perbedaan bobot permasalahan
yang dihadapi oleh sebuah sekolah, menyebabkan perbedaan intensitas perubahan yang
dituntut. Permasalahan-permasalahan yang tergolong kecil menuntut perubahan
yang berskala kecil pula, sedangkan permasalahan yang tergolong besar menuntut
perubahan yang berskala besar. Terhadap perubahan-perubahan yang berskala kecil, pimpinan biasanya sanggup
menghadapi sendiri (mendiagnosa dan menentukan strateginya), akan tetapi
terhadap perubahan yang tergolong besar, biasanya pimpinan membentuk satuan
tugas khusus untuk melakukan diagnosis, menentukan tujuan, dan strategi yang
akan ditempuh.
Tahap berikutnya ialah identifikasi terhadap
berbagai keterbatasan (constraints) yang
dihadapi oganisasi dalam melakukan perubahan. Berbagai keterbatasan itu
mencakup iklim kepemimpinan, struktur, organisasi, dan karakteristik anggota.
Iklim kepemimpinan ialah suasana kerja yang ditimbulkan oleh gaya kepemimpinan
seseorang. Apakah suasana kerja cenderung menerima atau menolak terjadinya
perubahan banyak ditentukan oleh praktik kepemimpinan yang diterapkan
seseorang. Struktur yang fleksibel memberikan kemungkinan yang lebih besar bagi
keberhasilan suatu program perubahan dibandingkan dengan struktur yang kaku dan
birokratis, kecuali jika strukturnya itu sendiri yang hendak diubah.
Berbagai karakteristik
individu (anggota) yang ikut menentukan keberhasilan program perubahan
organisasi antara lain: sikap, kepribadian, dan harapan.
Karakteristik-karakteristik tersebut harus ikut dipertimbangkan sehingga
aspek-aspek yang tidak mendukung dapat dihilangkan (setidak-tidaknya
dikurangi), sementara itu aspek-aspek yang mendukung dapat lebih ditingkatkan
perannya dalam mencapai keberhasilan perubahan yang dilaksanakan.
Setelah mengenali berbagai
keterbatasan yang ada, tahapan berikutnya ialah memilih strategi perubahan yang
sesuai. Harold Levitt (Wallace J.M. & A.D. Szilagy: 389) mengemukakan bahwa
dalam rangka melaksanakan perubahan organisasi ada empat macam strategi yang dapat
dipilih, yaitu :
a. Perubahan struktur organisasi.
b. Perubahan teknologi.
c. Perubahan tugas.
d. Perubahan manusianya.
Perubahan struktur berkenaan
dengan pola hubungan kerja antar anggota. Sebagai contoh perubahan dari pola
sentralisasi ke dalam desentralisasi atau sebaliknya, perubahan dari bentuk
fungsional ke bentuk matrik, perubahan dari struktur yang memiliki tingkat
formalitas tinggi ke tingkat formalitas rendah, dan sebagainya.
Perubahan teknologi terutama
berkaitan dengan proses dan metode kerja yang digunakan, misalnya penggantian
sistem manual dengan mesin, penggunaan komputer, dan dan lain-lain. Perubahan
tugas berkaitan dengan perubahan jenis, macam, maupun jumlah satuan tugas yang
dikerjakan anggota. Termasuk dalam kategori ini misalnya mutasi kerja, rotasi
kerja, dan penambahan serta pengurangan tugas-tugas yang dibebankan kepada
anggota.
Perubahan manusianya ialah
perubahan organisasi yang menyangkut faktor orang dalam kedudukannya sebagai
warga sekolah. Termasuk dalam kategori ini misalnya program-program latihan,
penataran, bimbingan dan konseling, dan pemecahan masalah (problem solving).
2.3 Problem Pelaksanaan Perubahan dan Cara Mengatasinya
Sekolah merupakan sebuah
sistem yang terdiri dari berbagai
komponen. Perubahan pada salah satu komponen akan berpengaruh terhadap komponen
yang lain. Manusia merupakan komponen yang paling sulit diprediksi dan dalam
kaitannya dengan perubahan organisasi, merupakan persoalan yang paling rumit. Orang
memiliki kecenderungan menolak adanya perubahan sebab perubahan akan membawa mereka
ke dalam situasi yang tidak menentu. Pada umumnya orang menginginkan situasi
yang stabil sehingga cenderung mempertahankan kondisi dan kedudukan yang telah
mapan.
Nadler (1983: 554-555)
mengemukakan bahwa dalam upaya melaksanakan perubahan organisasi terdapat tiga
problem yang dihadapi, yaitu :
a. Resistensi atau penolakan terhadap
perubahan,
b. Pengawasan organisasi, dan
c. Kekuasaan
Yang dimaksud resistensi
terhadap perubahan ialah bahwa orang (anggota) cenderung menolak perubahan dan berusaha mempertahankan status dan kenyamanan kerja sebagaimana yang
telah mereka peroleh sebelumnya. Perubahan akan membawa mereka kepada situasi
yang kacau sehingga menimbulkan kecemasan. Berbagai kemudahan yang mereka peroleh
selama ini juga terancam hilang, setidaknya mengalami perubahan. Mereka sudah
terbiasa dengan lingkungannya, menjalin hubungan baik dengan teman-teman
sejawatdan juga pimpinannya. Perubahan organisasi akan merusak berbagai
hubungan yang sudah terjalin tersebut. Kecuali itu anggota yang sudah memiliki
kedudukan dan kekuasaan tertentu merasa terancam pula dengan adanya perubahan
organisasi. Dalam situasi yang baru nanti tidak ada jaminan bahwa mereka akan
memperoleh kedudukan yang lebih tinggi atau setidak-tidaknya sama dengan apa yang
mereka dapatkan dalam kondisi lama. Dari berbagai alasan itulah maka anggota
cenderung menolak perubahan organisasi.
Problem kedua berkenaan dengan
pengawasan organisasi. Dalam situasi yang normal (sebelum perubahan
dilaksanakan) pengawasan mudah dilakukan sebab jalurnya sudah pasti sebagaimana
tergambar pada struktur organisasi. Akan tetapi dengan adanya perubahan,
situasinya menjadi lain. Organisasi diliputi suasana kacau, paling tidak selama
masa transisi. Dalam keadaan seperti itu sukar memantau tingkahlaku dan
penampilan anggota. Dengan demikian sukar pula melakukan tindakan perbaikan
jika ternyata terjadi penyimpangan.Mekanisme pengawasan sebagaimana tergambar
dalam struktur organisasi hanya dapat dilakukan dengan efektif pada situasi
yang stabil. Dalam masa transisi belum jelas benar siapa mengawasi siapa atau
siapa bawahan siapa karena strukturnya mengalami perubahan.
Problem yang ketiga
menyangkut masalah kekuasaan. Pada umumnya dalam sebuah organisasi(termasuk
sekolah) terdapat kelompok-kelompok informal yang memiliki ’kekuasaan’ dalam
mengendalikan organisasi. Kelompok-kelompok seperti itu memiliki pengaruh yang
besar terhadap pimpinan dan ikut mewarnai kebijakan-kebijakan yang diambil
organisasi. Aktivitas kelompok-kelompok seperti itu cenderung bersifat politis
daripada rasional organisatoris. Mereka sudah memiliki ’kedudukan’ yang mapan
dalam struktur yang berlaku. Dengan adanya perubahan organisasi, suasana
menjadi kacau sehingga kedudukan mereka terancam. Akibatnya para anggota dan
juga kelompok-kelompok yang ada saling berebut pengaruh agar dapat menduduki
posisi kunci dalam struktur yang baru nanti. Situasi seperti itu dapat
menyebabkan tujuan perubahan itu sendiri tidak tercapai,atau setidak-tidaknya
mengurangi keefektifan pencapaian tujuan perubahan.
Implikasi ketiga problem tersebut
terhadap pengelolaan perubahan ditunjukkan pada gambar 2. Terhadap problem
resistensi diperlukan tindakan penyadaran bagi anggota akan arti pentingnya
perubahan dalam rangka peningkatan keefektifan organisasi. Dengan demikian
timbul motivasi anggota untuk berpartisipasi aktif dan positif dalam program
perubahan yang dilaksanakan. Terhadap problem pengawasan, perlu dilakukan
persiapan khusus selama berlangsungnya masa transisi sehingga situasi
tidakmenentu yang terjadi pada masa itu dapat terkendali. Sementaraitu terhadap
problem kekuasaan, perlu diciptakan mekanisme politik yang dinamis dan sehat sehingga
sanggup mendukung pelaksanaan program perubahan organisasi.
PROBLEM IMPLIKASI
Resistensi
|
Perlu pengelolaan masa
transisi
|
Perlu ditumbuhkan motivasi untuk melakukan perubahan
|
Pengawasan
|
Kekuasaan
|
Perlu diciptakan dinamika
politik yg mendukung perubahan
|
Gambar 2. Problem yang
Dihadapi danImplikasinya terhadap Pengelolaan Perubahan
Sumber: Nadler, D.A. (1983:
556)
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari paparan singkat di atas dapat disimpulkan bahwa bagi sebuah
sekolah, perubahan merupakan suatu keniscayaan. Menghadapi situasi seperti itu,
yang diperlukan dari seorang pimpinan sekolah bukanlah menghindari atau
mencegah terjadinya perubahan melainkan memanage
perubahan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi sekolah yang
dipimpinnya. Faktor terpenting yang harus
mendapatkan perhatian sungguh-sungguh dalam setiap proses perubahan
organisasi adalah manusianya, dalam hal ini warga sekolah. Keberhasilan atau
kegagalan perubahan yang dilakukan sekolah banyak ditentukan oleh warga
sekolah. Pada kenyataannya, faktor manusia ini terdiri dari 3 level: individu,
group/kelompok, dan organisasi/sekolah (Cheng, 1996: 163). Dalam konteks
perubahan, kunci keberhasilannya terletak pada level individu. Implikasinya,
setiap orang harus diyakinkan akan pentingnya arti sebuah perubahan sehingga
secara individual mereka memahami dan pada akhirnya mendukung program perubahan
yang dirancang oleh pimpinan. Jika hal ini terwujuid maka pada gilirannya,
perilaku positif pada level kelompok dan organisasi/sekolah akan terbentuk.
3.2 Saran
Segala puji bagi
Allah yang benar-benar mengeluarkan beberapa buah pikiran kepada yang mempunyai
akal menghilangkan dari langitnya akal, akan setiap penutup dari mendungnya
kebodohan, sehingga jelas bagi setiap yang mempunyai akal beberapa matahari
pengetahuan. Alhamdullilah kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Strategi
Sekolah Dalam Mengantisipasi Perubahan” sebagai tugas yang diberikan oleh Dosen
mata kuliah materai Sosiologi Pendidikan. Kami mengucapkan ribuan terima kasih
kepada semua pihak yang membantu pembuatan makalah ini terutama kepada, Dosen
pembimbing kami Bapak Zaenal Fanani M.Pd.I, kedua orang tua, sahabat-sahabat
seperjuangan, dan masih banyak lagi yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu.
Meskipun demikian, karena tak ada gading yang tak retak, tegur
sapa dari pembaca yang sifatnya membangun akan selalu penulis terima dengan
ikhlas. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis,
amin, Yaa Robbal Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Cheng, Yin Cheong. 1996. School Effectiveness & School-based Management:
A Mechanism for Development. London: The Falmer Press.
Nadler, D.A. and Thusman, M.L. 1983. A General Diagnostic Model for
Organizational Behavior. New York: MacGraw Hill.
Wallace Jr. M.J. & A.D. Szilagy Jr. 1982. Managing Behavior in Organization. Glenview: Scott, Foresman and Company.